Minggu, 16 Agustus 2009

Kalimat Thoyyibah

Di Jabalussalam, kami bertekad untuk Insya Allah memperkenalkan Allah Sang Rabb pada anak-anak kami pada setiap kesempatan. Pembelajaran apa pun hanyalah sarana untuk mengenal kebesaranNya dan kasih sayangNya. Mungkin dalam tata bahasa Indonesia kalimat berikut ini kurang terstuktur. Tapi, ungkapan/pertanyaan seperti inilah yang selalu terlontar setiap kami rapat evaluasi atau rapat materi pembelajaran:

“Kegiatan tadi ‘Ma’rifatullah’-nya apa?, ke arah mana?”

Maksud “Ma’rifatullah” itu begini. Misalnya ketika kami memasuki tema transportasi dan sedang membahas tentang bahan bakar, bu guru akan berkata pada anak-anak… “Subhanallah, tahukah teman-teman, supaya kita bisa naik kendaraan sekarang ini, bahan bakarnya sudah disiapkan Allah jutaan tahun yang lalu.”
 Anak-anak : “Maksudnya, bu?”



Bu guru : “Bahan bakar bensin kan berasal dari dinosaurus yang hidup jutaan tahun yang lalu. Kalau Allah tidak menciptakan binatang purba, bagaimana kita bisa naik mobil seperti sekarang? Bisa-bisa kita harus berjalan kaki terus kemana-mana. Capek, kan? Alhamdulillah Allah Ar Rahman, Maha Menyayangi hambaNya. Semua sudah disiapkan untuk manusia.”

Atau ketika kemaren kami melihat kebun sayuran. Pak Patmo dan anak-anak melihat daun sayuran yang gugur dan Pak Patmo pun berkata, “Tahukah teman-teman, Allah mengetahui setiap helai daun yang gugur, Allah pula yang membuat semua tanaman ini bisa tumbuh, Subhanallah.”

Jadi, Insya Allah tidak ada sebuah kegiatan pembelajaran pun yang berlalu tanpa kami belajar mengenal dan mensyukuri sifat-sifat Allah.

Selain itu, ketika mengucapkan kalimat thoyyibah seperti di atas, kami selalu mengajak teman-teman untuk ikut mengucapkannya. Jadi, bukan hanya guru saja yang mengucapkannya. Misalnya seperti ini caranya :

Pak guru : “Teman-teman, apakah kalian hari ini senang?”

Anak-anak : “Senaaang”

Pak Guru : “Kalau begitu, ucapkan hamdallah.”

Anak-anak : “Alhamdulillaaah.”

Begitu juga untuk kalimat thoyyibah yang lain. Ucapkan hamdallah, ucapkan istighfar, ucapkan tasbih, adalah ucapan yang amat sering kami lontarkan di depan teman-teman.

Atas ijin Allah, hasilnya sangat luar biasa.Kalau pada awal masa sekolah banyak terdengar celetukan “Ya, ampuuuun” (dan teman-temannya:), kini indahnya kalimat Thoyyibah bertebaran di sekolah kami.

Memang kadang rasanya lucu mendengar mulut-mulut kecil mereka mengucapkan kalimat thoyyibah. Bu Mia (mamanya Radhii) ketika membawa ikan koi ke sekolah pun tak dapat menahan tawa ketika anak-anak TK A berkerumun menonton ikan-ikan penghuni aquarium sambil tak henti-hentinya mengucapkan tasbih.

Pernah juga saya mendapat laporan dari orang tua Abil TK A. Sebagai informasi, Abil ini termasuk anak lucu yang tidak bisa diam, selalu lari dan lompat sana-sini, dan seakan-akan tidak memperhatikan apa yang diucapkan guru-guru di sekolah, termasuk instruksi kalimat thoyyibah. Tapi ternyata tidak begitu, lho. Buktinya Mama Abil bilang kalau di rumah lampu menyala setelah mati lampu, Abil spontan akan berteriak, “Alhamdulillaaaah”. Abil pun tidak akan puas sebelum mamanya mengucapkan kalimat yang sama, “Ayo, ma, bilang Alhamdulillah, ma..”, desaknya.

Tapi cerita di atas belum berakhir. Ketika saya sedang mengobrol dengan Ical kakak Abil yang duduk di TK B, saya pun bercerita padanya tentang Abil yang mulai bisa mengucapkan kalimat thoyyibah. Tak kusangka Ical malah bilang begini, “Bu, memang Abil itu kalau nyala lampu bilang ‘Alhamdulillah’. Tapi dia juga bilang ‘Alhamdulillah’ kalau mati lampu, Bu.”

Mendengar cerita Ical, kupikir tadinya saya dan teman-teman guru masih punya peer mengajarkan kalimat thoyyibah yang tepat sesuai kondisi. Tapi, setelah saya pikirkan lagi, sebetulnya memang engkau yang benar, nak. Bukankah kita memang harus terus memuji Allah pada kondisi apa pun? Walau mati lampu sekali pun? Innalhamdalillah.

klik ini dan join aku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar