Senin, 07 Desember 2009

PENULIS HEBAT, MOTIVATOR DASHYAT

“Syarat untuk bisa menulis itu cuma satu ...,” masih menancap kuat di korteks serebral otakku ucapan Baban Sarbana suatu sore di Sekolah Alam Bogor nan asri, “yaitu SENANG BERBAGI!”

Ucapan yang sangat membahagiakanku, menguatkan keyakinanku bahwa menulis itu mudah, menulis itu ibadah dan sudah seharusnyalah sebanyak mungkin orang di dunia digairahkan untuk senang menulis.

Pulang dari sana, langsung kujelajahi belantara internet untuk menemukan pelatihan penulisan on line dan berjumpalah aku secara virtual dengan Bang Jonru sang mentor yang semangatnya menyala-nyala, yang gairah menulisnya membias dari tiap kata yang ditulisnya.

Minggu, 16 Agustus 2009

Kalimat Thoyyibah

Di Jabalussalam, kami bertekad untuk Insya Allah memperkenalkan Allah Sang Rabb pada anak-anak kami pada setiap kesempatan. Pembelajaran apa pun hanyalah sarana untuk mengenal kebesaranNya dan kasih sayangNya. Mungkin dalam tata bahasa Indonesia kalimat berikut ini kurang terstuktur. Tapi, ungkapan/pertanyaan seperti inilah yang selalu terlontar setiap kami rapat evaluasi atau rapat materi pembelajaran:

“Kegiatan tadi ‘Ma’rifatullah’-nya apa?, ke arah mana?”

Maksud “Ma’rifatullah” itu begini. Misalnya ketika kami memasuki tema transportasi dan sedang membahas tentang bahan bakar, bu guru akan berkata pada anak-anak… “Subhanallah, tahukah teman-teman, supaya kita bisa naik kendaraan sekarang ini, bahan bakarnya sudah disiapkan Allah jutaan tahun yang lalu.”

Pertanyaan-pertanyaan Canggih

Salah satu kegembiraan berkecimpung di dunia taman kanak-kanak adalah kalau kita berkesempatan mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka yang polos, tapi juga cerdas dan canggih.Di sekolah, untuk melatihnya ibu dan bapak guru rajin sekali bertanya pada teman-teman, "Siapa yang mau bertanya?".

Pada awal-awal masa sekolah, ketika seorang teman mengajukan sebuah pertanyaan, maka teman-teman yang lain akan mengajukan pertanyaan yang persis sama (ya, boleh dibilang ikut-ikutan, deh :). Tetapi, betapa menakjubkannya pertanyaan mereka setelah beberapa bulan bersekolah.

Belajar Mempercayai Anak

PERCAYA. Sebuah kata yang mudah diucapkan namun sebetulnya sangat sulit diamalkan dengan penuh keyakinan. Seringkah kita berkata pada ananda, “aku percaya padamu nak,” namun sebetulnya masih terbetik sedikit keraguan di hati kita?

Tahun pertama di Jabalussalam, kami mempunyai murid TK B bernama Wulan. Anaknya tekun. Namun, sudah empat bulan sekolah berjalan, belum sekali pun jua saya mendengar suaranya.

Perkembangan Wulan di kelas selalu saya pantau pada syuro evaluasi setiap hari. Memang sih ia berbicara pada temannya Ninda yang juga tetangganya. Tapi suaranya keciiiil…sekali nyaris tak terdengar.

Ketika BPTKI mengundang Jabalussalam untuk lomba membentuk dengan plastisin, Bu Naily mengusulkan agar kami mengutus Wulan dan Vian. Soalnya perlombaan tersebut durasinya satu jam. Siapa lagi murid kami yang dapat tekun bertahan satu jam mengerjakan satu proyek kalau bukan mereka?

Tapi saya ragu. Apakah Wulan mau? Bukannya dia pemalu? Begitu pemikiranku kala itu. Peserta lomba ini ratusan anak se-Balikpapan. Dari Jabalussalam hanya dua peserta. Apakah Wulan berani? Peserta lomba ini tidak boleh ditunggui orangtua atau guru, lho.

Sabtu, 15 Agustus 2009

Anak-anak pun Senang I'tikaf



Ingin mengajak putra-putri kita i'tikaf? Baca dulu biar tambah semangat, ya...

Ramadhan kian menjelang. Ada rasa harap yang hangat menyusup di dada jika teringat bulan Ramadhan. Kemuliaan dan keindahan Bulan Ramadhan memang tiada dapat dilukiskan dengan kata-kata. Bicara tentang Ramadhan, ingatkah Anda tentang hadits Rasulullah SAW sebagaimana diceritakan Aisyah RA,

"Jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasul SAW menggulung lengan bajunya, meninggalkan tidur malam dan membangunkan keluarganya (istri-istrinya) agar ikut serta dalam meraih kebaikan" HR> Bukhori Muslim.

Cerita itikaf ini terjadi sekitar tiga tahun lalu, namun kenangannya masih mempesona diri saya hingga saat ini. Check this out!

Kreativitas Anak-anak

Anak-anak seringkali melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang sangat berbeda dari orang dewasa. Mereka punya daya imajinasi yang tinggi dan sangat senang bereksperimen. Apa yang terjadi kalau tangan basah ditempelkan ke tembok? Olala, ternyata kursi dan meja yang ditumpuk terbalik bisa dijadikan pesawat tempur. Hmm, buku-buku perpustakan ternyata cocol sekali ditaruh di atas kepala dan simsalabiim... mereka telah menjelma menjadi penjual kue kesana kemari menjajakan barang dagangannya.

Sepertinya kreativitas itu fitrah ya? Rasanya sudah build in dari Allah bagi anak manapun yang dilahirkan di dunia :).

Jumat, 14 Agustus 2009

Anak Pak Sholeh

Sewaktu training psikologi perkembangan anak, kami diajari bahwa ternyata dalam memuji anak sebaiknya kita selalu spesifik memuji pada perbuatan. Misalnya, "Subhanallah, Mila baik sekali karena mau merapikan mainan sendiri. Terimakasih."

Atau, "Wah, Allah pasti sayang pada Aa' karena Aa' mau memaafkan teman", dan sebagainya. Jadi, yang dipuji adalah perbuatannya dan bukan anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi paham, perbuatan baik apa yang dilakukannya yang membuatnya mendapat pujian dari bu guru.

Namun, pada prakteknya di lapangan, kadang-kadang kami lupa juga pada pakem di atas. Kadang-kadang spontan terucap juga kata-kata seperti, "Halo Shahnaz muridku yang baiiik." (maklum, Shahnaz ini memang Subhanallah baik sekali hatinya).

Bu guru di Kelompok Bermain pun pernah memuji seorang teman tanpa spesifik mengacu keperbuatan. Akibatnya sungguh di luar dugaan kami.

Jabalussalam, Istana Anak-anak


Jabalussalam adalah istana anak-anak yang terletak di bukit yang paling damai di Kota Minyak Balikpapan.
Sebuah sekolah yang atas ijin Allah penuh dengan kebahagiaan. Yang bercita-cita membuat semua murid yang bersekolah di sini bahagia ketika belajar, bahagia ketika belajar mengenal dan menyembah Rabbnya, Allah SWT.

Minggu, 09 Agustus 2009

Dermawan atau ...?


Kak Hani nampaknya sudah mulai memasuki fase egosentris nih. Ciri-cirinya, sudah mulai ... pelit :)

Misalnya : tak seorang pun boleh menggunakan kasur kecilnya (bahkan ayah sekalipun yang notabene sangat disayanginya), tidak mau berbagi mainan dengan adiknya apalagi teman-temannya, tidak mau berbagi makanan (kalaupun mau, sedikiiiiit sekali, cuma seujung kuku :), dan lain-lain.

Makanya ketika Dek Fatih minta kue dari Kakak Hani dan secara tak terduga diberinya, Bude Karsih justru curiga... jangan-jangan, Kakak Hani memang ngga suka kue itu ;)

Sabtu, 08 Agustus 2009

"Ngga Lucuuuuu" VS "Lucuuuuu"

Selain hobi memanjat dan mengutak-ngatik benda-benda kecil, Kak Hani kini punya hobi baru yaitu menggambar. Kalau menggambar, Kak Hani seringkali menggunakan dua tangannya sekaligus, lho :).

Untuk mengantisipasi tembok yang bisa jadi akan jadi kanvas Kak Hani, Ambu pun langsung menyediakan kertas karton yang lebar, plus buku gambar biasa tentunya. Wah, Kak Hani bersemangat sekali menggambar dengan berbagai gaya. Sayang sekali Ambu belum punya kamera untuk mengabadikannya.

Menjelang siang, Ambu kok tidak menemukan Kak Hani di ruang bermain atau di halaman depan, ya?
"Hani.......," panggil Ambu, "Hani dimana? Hani adakaaaaaan?"

"Mbaa"


Sejak kecil, Dek Fatih suka sekali berceloteh. Sambil main sendiri, mau tidur, jalan-jalan, mulut mungilnya selalu mengeluarkan bunyi yang lucu-lucu seperti miyemiyemiyeee, eh, huh huh, ngaa, fuh fuuh, dsb.

Akhir-akhir ini Dek Fatih sedang suka sekali ngomong "mbaaaa".